Kutipan dari buku "La-Tahzan" karya Dr. Aidh Abdullah Al-Qarni
semoga bermanfaat ^_^
Yang Lalu Biar Berlalu
Mengingat dan mengenang masa lalu,
kemudian bersedih atas nestapa dan kegagalan di dalamnya merupakan tindakan
bodoh dan gila. Itu, sama artinya dengan membunuh semangat, merupakan tekad dan
mengubur masa depan yang belum terjadi.
Bagi orang yang berpikir, berkas-berkas
masa lalu akan dilipat dan tak pernah dilihat kembali. Cukup ditutup
rapat-rapat, lalu disimpan dalam ‘ruang’ penglupaan, diikat dengan tali yang
kuat dalam ‘penjara’ pengacuhan selamanya. Atau, diletakkan di dalam ruang
gelap yang tak tertembus cahaya. Yang demikian, karena masa lalu telah berlalu
dan habis. Kesedihan tak akan mampu mengembalikannya lagi, keresahan tak akan
sanggup memperbaikinya kembali, kegundahan tidak akan mampu merubahnya menjadi
terang, dan kegalauan tidak akn dapat menghidupkannya kembali, karena ia memang
sudah tidak ada.
Jangan pernah hidup dalam mimpi buruk masa
lalu, atau di bawah payung gelap masa silam. Selamatkan diri Anda dari bayangan
masa lalu! Apakah Anda ingin mengembalikan air sungai ke hulu, matahari ke
tempatnya terbit, seorok bayi ke perut ibunya, air susu ke payudara sang ibu,
dan air mata ke dalam kelopak mata? Ingatlah, keterikatan Anda dengan masa
lalu, keresahan Anda atas apa yang telah terjadi padanya, keterbakaran emosi jiwa
Anda oleh ap panasnya, dan kedekatan jiwa Anda pada pintunya, adalah kondisi
yang sangat naif, ironis, memprihatinkan, dan sekaligus menakutkan.
Membaca kembali lembaran masa lalu hanya
akan memupuskan masa depan, mengendurkan semangat, dan menyia-nyiakan waktu
yang sangat berharga. Dalam al-Qur’an, setiap kali usai menerangkan kondisi
suatu kaum dan apa saja yang telah mereka lakukan, Allah selalu mengatakan, “itu adalah umat yang lalu.” Begitulah,
ketika suatu perkara habis, maka selesai pula urusannya. Dan tak ada gunanya
mengurai kembali bingkai zaman dan memutar kembali roda sejarah.
Orang yang berusaha kembali kembali ke
masa lalu, adalah tak ubahya orang yang menumbuk tepung, atu orang yang
menggergaji serbuk kayu.
Syahdan, nenek moyang kita dahulu selalu
mengingatkan orang yang meratapi masa lalunya demikian: “janganlah engkau mengeluarkan mayat-mayat itu dari kuburnya.” Dan
konon, kata orang yang mengerti bahasa binatang, sekawanan binatang sering
bertanya kepada seekor keledai begini,”Mengapa engkau tidak menarik gerobak?”
“Aku benci khayalan,” jawab keledai.
Adalah bencana besar, manakala kita rela
mengabaikan masa depan dan justru hanya disibukkan oleh masa lalu. Itu, sama
halnya dengan kita mengabaikan istana-istana yang indah dengan sibuk meratapi
puing-puing yang telah lapuk. Padahal, betapapun seluruh manusia dan jin
bersatu untuk mengembalikan semua hal yang telah berlalu, niscaya merea tidak
akan pernah mampu. Sebab, yang demikian itu sudah mustahil pada asalnya.
Orang yang berpikiran jernih tidak akn
pernah melihat dan sedikitpun menoleh ke belakang. Pasalnya, angin akan selalu
berhembus ke depan, air akan mengalir ke depan, setiap kafilah akan berjalan ke
depan, dan segala sesuatu bergerak maju ke depan. Maka itu, janganlah pernah
melawan sunah kehidupan!